Secercah Damai!
DATANGLAH, YA RAJA DAMAI(Yesaya 9:5)
Siapa yang tidak ingin damai? Siapa yang tidak ingin negaranya aman? Siapa yang tidak ingin keluarganya sejahtera? Siapa yang tidak ingin hatinya tenteram?
Pada hal kenyataannya berbeda. Kekerasan, kerusuhan dan keributan sudah membudaya di sana-sini. Dengki, iri dan benci terjadi setiap hari.
Tetapi damai bukan sekadar berarti aman dan tenteram. Pengertian Alkitab tentang damai sangat luas, mulai dari yang jasmani seperti badan sehat dan cukup sandang pangan, sampai yang rohani seperti pengampunan dan keselamatan dari Tuhan. Damai terdiri dari banyak arti. Jiwa yang sehat memang mencari damai sejahtera. Seperti kata doa Agustinus.”Tiada damai jiwaku, sampai berdamai dengan Dikau, ya Tuhanku”.
Damai umumnya diterjemahkan dalam Alkitab bahasa Indonesia syalom, dan syalom ini mempunyai banyak arti: Syalom berarti sehat walafiat.(Mzm.38:4);syalom pun berarti umur panjang. Syalom berarti meninggal dunia setelah menempuh hidup yang penuh arti.(Kej.15:15);Syalom juga berarti selamat atau terhindar dari ancaman bahaya. (Hak.6:23);Syalom pun berarti berhasil dalam upaya dan jerih payah.(Hak.18:5-6).;Syalom juga berarti hidup rukun dengan orang lain(perhatikanlah istilah “perhubungan baik” di Hak.4:17). Jadi syalom adalah damai sejahtera dalam arti seluas-luasnya. Syalom adalah keadaan(kata sifat syalem berarti utuh). Syalom adalah keadaan tidak tergangu oleh penyakit, malapetaka, keributan, kekerasan dan perpecahan.
Lalu dari manakah datang syalom? Apakah sumbernya? Syalom datang dari Tuhan. Sumber syalom datang dari Tuhan sendiri.(Hak.6:24). Dan kedatangan Yesus lahir ke dunia ini ialah membawa damai. Syalom menjadi tanggungjawab. Karena itu syalom bukan hanya diharapkan melainkan juga diusahakan. Kita terpanggil mengusahakan syalom untuk orang lain. Umat Israel yang ada di pembuangan Babel” Usahakanlah kesejahteraan kota kepana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejaheraannya adalah kesejahetraanmu(Yer.29:7).
Kristus, datang lah, lahirlah ke dalam hatiku, dan berbisiklah, sebagaimana kata-Mu kepada para murid-Mu.”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu.”
Kristus, tinggalkanlah damai-Mu dalam hatiku, berikanlah damai-Mu kepada hidupku, karena aku memerlukan damai, damai untuk lepas dari rasa takut, damai untuk lepas dari rasa khawatir, damai untuk lepas dari rasa iri dan benci, damai untuk lepas dari sikap licik dan menang sendiri, damai untuk lepas dari sikap gelisah, damai untuk lepas dari marah, damai untuk lepas dari sikap curiga dan prasangka, damai untuk lepas dari sikap dendam dari sakit hati.
Kristus, aku ingin hidup damai, hidup damai dengan sekelilingku, menghargai mereka sebagaimana mereka adanya, hidup damai dengan alam lingkunganku, melesatrikannya sebagaimana adanya, hidup damai dengan diri sendiri, menerima diriku sebagaimana aku adanya.
Tabiat damai itulah yang diajarkan Tuhan Yesus Kristus. Contohnya terdapat dalam Lukas 6:27-38. Di tengah maraknya suara yang menghasut untuk membenci dan menjahati orang dari golongan lain, Yesus mengajar,”Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu:”(yat 27).Untuk segala hal kita perlu belajar, termasuk untuk bertabiat damai. Salah satu dimensi Pendidikan Agama Kristen(PAK) adalah Pendidikan Kedamaian” yang mencakup segala golongan usia. Titik berangkat Pendidikan Kedamaian adalah konsep Alkitab bahwa kedamaian merupakan hubungan yang utuh dengan Tuhan, sesama manusia, alam dan dengan diri sendiri. Tujuan Pendidikan Kedamaian adalah menumbuhkan gaya hidup yang inklusif, adil dan menghargai hak keberadaan tiap orang tanpa pembedaan apa pun. Secara praktis tujuan Pendidikan Kedamaian adalah memampukan kecakapan menganalisis konflik, mempertimbangkan pilihan solusi serta mempraktikkannya dalam persoalan di rumah, di tempat kerja, dan sebagainya. Model Pendidikan Kedamaian bagi kita adalah diri Yesus sendiri. Ia hidup dalam masyarakat yang memendam kebencian karena prasangka antara orang Yahudi dan Samaria, serta konflik laten antara militant Yahudi melawan pasukan Roma. Namun Yesus tidak pernah memanaskan dan menghasut suasana permusuhan. Sebaliknya Ia malah mendamaikan. Ia tidak ikut-ikutan menyingkirkan ,melainkan justru menerima dan merangkul orang yang tersingkir. Ia membawa damai. Kata-Nya,”Berbahagialah orang yang membawa damai…”(Mat.5:9). Kristus datang untuk membawa mendamaikan surga dan dunia. Tugas membawa damai itu diserahkan kepada gereja dan orang percaya. Tentang pelayanan pendamaian itu. Rasul Paulus menulis,”Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan perdamaian itu kepada kami.”(2 Kor.5:18).
Tugas membawa damai telah dilaksanakan Nelson Mandela di Afrika Selatan. Di dalam otobiografinya:The Long Walk To Freedom(Mandela, 1994). Pada Feberuari 1990 Mandela keluar dari penjara Pulau Robben, Afrika Selatan sesudah meringkuk 27 tahun. Pejuang yang lahir tahun 1918 ini dipenjarakan sejak 1962 karena aktivitas politiknya melawan rezim apartheid kulit putih. Di penjara Mandela mengalami penderitaan. Tahun pertama di bui, ibunya meninggal dunia. Beberapa bulan kemudian anak tertuanya tewas pula dalam kecelakaan. Namun saat pemakaman kedua orang tercintanya itu Mandela tidak diberi izin keluar. Lalu, putri bungsunya pun lahir, tetapi Mandela tidak diperkenankan melihatnya barang sejenak pun hingga 17 tahun kemudian. Mandela terkurung total. Orang akan maklum andaikata Mandela membiarkan dirinya berputus asa atau membusuk oleh sengsaranya. Namun, setelah sekian lama menderita, Mandela bukan membusuk tapi malahan menguat. Dunia pun berpihak padanya dan mendesak rezim apartheid itu agar ia dibebaskan. Mandela tidak hanya dibebaskan tetapi lahir sebagai manusia baru. Tanpa dendam dan sakit hati ia mampu memimpin kaumnya untuk berdamai dengan kaum penindas kulit putih. Mandela bahkan mampu bekerja sama dengan rezim Presiden De Klerk membongkar system apartheid itu sendiri. Pada tahun 1992 Mandela terpilih secara demokratis menjadi President Afrika Selatan. Dunia pun tercengang. Pada tahun 1994 Mandela bersama De Klerk, dianugrahi hadiah Nobel Perdamaian.Apa sesungguhnya yang terjadi dengan Mandela dalam sel penderitaannya sehingga ia bisa bertiwikrama sedemikian dahsyat?Rupanya Mandela mengambil jalur transcendental. Ia tidak melihat penjara sebagai penderitaan dan dengan menggunakan segenap daya rohaninya melakoni pengalaman penjara bukan pembunuhan tetapi pertumbuhan. Mandela yang kenyang dizalimi itu mentransendensikan tuntutan rasa keadilannya sehingga ia mampu mengampuni orang yang menyiksanya sebelum seruan minta ampun datang.Dia mengatakan”Tanpa pengampunan maka tidak ada masa depan bagi Afrika Selatan”. Mandela bersaksi,”Saya mengalami sendiri bahwa kita mampu menanggung hal-hal yang sebenarnya tak tertanggungkan jika kita dapat menjaga semangat hidup tetap tinggi meskipun tubuh kita disiksa. Keyakinan yang kuat adalah rahasia kesanggupan menanggung segala kekurangan.”Lalu dengan nada humor Mandela menyambung,”Semangatmu bisa penuh meskipun perutmu kosong.”
Hidup kita mendambakan kedamaian, sehingga kita mencari kedamaian itu. Kristus,kami mencari kedamaian sejati. Kristus, biarlah kami temukan damai-Mu dengan menengadah ke atas menatap diri-Mu menerrima sabda-Mu,”Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu, damai sejahtera –Ku Kuberikan kepadamu.” Kristus, datanglah, lahirlah di dalam hati kami, isi dan penuhi dengan damai-Mu yang sejati.!A min!
HKBP Taman Mini, 18 Desember 2013
Pdt.Luhut P. Hutajulu
Sumber : http://hkbp.or.id/secercah-damai/
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!