Rapat Pendeta HKBP Distrik XXVII KALTIMSEL
Balikpapan, Kalimantan Timur
Sebagai Distrik termuda, HKBP Distrik XXVII Kaltimsel juga melakukan Rapat Pendeta se-distrik pada 30-31 Agustus 2013, yang berlangsung di Hotel Nuansa Indah, Balikpapan. Rapat Pendeta ini diikuti oleh seluruh pendeta dan calon pendeta yang melayani di distrik tersebut dan dihadiri pula oleh Ketua Rapat Pendeta (KRP) HKBP, sekaligus Ephorus, Pdt. Willem T.P. Simarmata, MA.

Ketua Rapat Pendeta HKBP, Pdt. Willem T.P. Simarmata, MA. memberikan sesi dengan tema:
“HKBP Menjadi Berkat bagi Dunia”, didampingo oleh Praeses HKBP Dist. XXVII Kaltimsel dan moderator.
Dalam sesinya yang membahas tema “HKBP Menjadi Berkat bagi Dunia” – Ketua Rapat Pendeta HKBP menekankan bagaimana supaya HKBP dapat menjadi berkat di tengah-tengah dunia dengan segala kompleksitas persoalannya, baik itu persoalan kemanusiaan, persoalan lingkungan hidup, terlebih di tengah konteks yang dihadapi oleh para pelayan yang melayani di Distrik Kaltimsel. Bahkan, Ephorus menekankan agar Pendeta HKBP dapat menjadi berkat.
Dalam upaya menjadi berkat, setidaknya ada empat konteks yang dipaparkan Ephorus, yakni: konteks pluralitas, krisis ekologi, kemajuan IPTEK dan kemiskinan. Dalam konteks pluralisme, Ephorus menekankan bahwa kehadiran HKBP harus memperkokoh kerukunan di tengah berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat dengan membangun komunikasi dengan warga masyarakat sekitar dan pemerintah. Sementara itu, dalam konteks krisis ekologi yang semakin mengancam dunia, Ephorus menegaskan bahwa gereja tidak bisa lepas dari amanah menjaga lingkungan hidup. “Karena itu, tanamlah pohon”, tegas Ephorus. Pada kesempatan itu, Ephorus mengungkapkan apresiasinya atas pemberitaan pada koran The Jakarta Post yang memberitakan perjuangan masyarakat Pandumaan, Sipitu Huta dalam perjuangan mereka menjaga hutan, melestarikan lingkungannya.
Dalam konteks kemajuan IPTEK, Ephorus berharap bahwa IPTEK hendaknya dipergunakan secara positif untuk memberitakan Firman Tuhan dan hal-hal lain yang bermanfaat bagi sesama. Secara khusus, Ephorus menyoroti penggunaan facebook oleh pendeta – agar pendeta menyebutkan identitas yang jelas dalam jaringan sosial tersebut. Ephorus juga menyoroti konteks kemiskinan di tengah masyarakat. Dalam hal ini, Ephorus mengajak para pendeta untuk memperhatikan dan memikirkan upaya kreatif untuk mengembangkan ekonomi masyarakat, khususnya warga jemaat dengan mendirikan CUM.
Hal lain yang diungkapkan Ephorus dalam Rapat Pendeta HKBP Distrik XXVII ini adalah isu-isu kontemporer yang muncul di tengah masyarakat bahkan telah masuk ke dalam gereja-gereja di Eropa, seperti: isu euthanasia, perkawinan sejenis, dll. “Bila kita berkata euthanasia itu tidak boleh, perkawinan sejenis itu tidak boleh, apa landasan jawaban kita itu karena tidak dituliskan dalam dokumen konfesionis HKBP”, tegasnya. Ephorus berharap isu-isu kontemporer ini dibahas sehingga gereja bisa memberi jawaban atas persoalan-persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, esensi keberadaan pendeta turut menjadi perhatian Ephorus. “Hendaknya pendeta lebih menekankan aspek gembala dan itu perlu diatur dalam dokumen-dokumen konfesionis HKBP”, ungkap Ephorus.

Ketua Rapat Pendeta HKBP berfoto bersama dengan seluruh pendeta yang melayani di Distrik XXVII Kaltimsel.
Rapat Pendeta ini dilaksanakan selama 2 hari dan berjalan dengan sangat kondusif. Rapat ini juga dihadiri oleh Kepala Departemen Marturia HKBP, Pdt. Marolop Sinaga, M.Th., dan Kepala Biro Zending HKBP, Pdt. C.O.R. Silaban. Kegiatan ini diakhiri dengan ibadah bersama dan perjamuan kudus.(Pdt. Mangasa Lumbantobing)
Sumber : http://hkbp.or.id/rapat-pendeta-hkbp-distrik-xxvii-kaltimsel/
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!