Melangkah Bersama Menuju Keadilan dan Kedamaian: Catatan Reflektif Pasca Busan

God of life, lead us to Justice and peace”. Inilah tema Sidang Raya Dewan Gereja se Dunia (DGD) yang ke-10 yang diadakanpada 30 Oktober-08 Nopember 2013 di Busan, Korea Selatan. Dalam sidang raya tersebut, ada sekitar 2.700 pimpinan gereja dan kaum awam dari 345 gereja-gereja anggota DGD yang hadir. Perbedaan Negara, denominasi, teologi, liturgi dan bahasa tidak menjadi penghalang untuk melangkah ke satu tujuan yang indah yaitu keadilan dan kedamaian, sesuai dengan tema sidang raya tersebut. Ribuan delegasi yang hadir berasal dari berbagai kalangan, seperti teolog, pelayan tahbisan, awam, professional, laki-laki, perempuan, pemuda, dan orang tua.

Sebelum Sidang Raya DGD di Busan, sekitar 170 orang teolog muda dari sekitar 60 negara yang berbeda berkumpul dan berpartisipasi dalam sebuah studi atau kuliah singkat yang disebut dengan GETI (Global Ecumenical Theological Institute) atau institut teologi oikumenis global yang diadakan selama kurang lebih 2 minggu. Selama 4 hari, kegiatan tersebut diadakan di Seoul (Ibukota Korea Selatan) dan selanjutnya diadakan di Busan di sela-sela Sidang Raya DGD tersebut. Dalam kegiatan ini, para teolog muda juga membicarakan isu yang sedang berkembang di Negara-negara asal mereka sendiri. Melalui kegiatan ini juga para teolog muda semakin dilibatkan dalam gerakan oikumene dan yang diharapkan akan menjadi teolog-teolog yang membawa hal-hal baru dalam gerakan oikumene di masa depan.

Dalam sidang raya itu, banyak isu yang sekarang sedang berkembang di Negara-negara dari mana gereja-gereja anggota DGD berasal – dibicarakan dan bersama-sama berusaha mencari solusi. Setiap benua berbicara mengenai apa yang terjadi di Negara-negara di benua itu karena masalah-masalah yang terjadi tidak sama di semua benua. Sebagai suatu gerakan oikumenis, DGD berusaha melakukan berbagai macam cara supaya umat manusia dengan berbagai perbedaan yang ada dapat hidupdengan adil dan damai di satu oikos atau rumah yang sudah Allah sediakan untuk didiami. Melalui DGD sebagai salah satu gerakan Oikumene, semua gereja diajak dan dilibatkan untuk bekerja lebih baik dan lebih keras lagi untuk menata dan merajut kehidupan yang adil dan damai di rumah yang sudah Allah berikan ini.

“God of life, lead us to justice” – Allah kehidupan, pimpinlah kami ke dalam keadilan.

Mengapa tema tentang keadilan ini muncul? Banyak isu ketidakadilan yang terjadi di tengah-tengah dunia sekarang ini. Dari sekian banyak narasumber yang berbicara pada saat sidang raya tersebut, memang banyak yang menyuarakan ketidakadilan, misalnya ketidakadilan gender, ketidakadilan ekonomi yang menimbulkan kemiskinan, ketidakadilan dalam beragama, ketidakadilan sosial secara khusus bagi orang dengan HIV/AIDS, ketidakadilan politik, budaya, lingkungan hidup, dll. Oleh karena itu, gereja-gereja di seluruh dunia diharapkan dapat menyuarakan suara kenabian demi tercapainya kehidupan yang adil di tengah-tengah dunia ini.

God of life, lead us to peace – Allah kehidupan, pimpinah kami kedalam kedamaian

Di tengah-tengah pluralitas agama dan etnis, perbedaan kepentingan, perbedaan keadaan ekonomi dan politik, kedamaian agaknya masih sulit dicapai. Tetapi melalui sidang raya DGD, gereja-gereja di seluruh dunia diingatkan kembali akan panggilan Tuhan untuk menjadi pembawa damai di tengah-tengah dunia ini. Gereja-gereja di seluruh dunia masih memiliki harapan dan optimisme bahwa kedamaian itu masih bisa diraih yaitu dengan bersatu dan berjuang bersama. Unity is not uniformity artinya bersatu bukan berarti seragam. Di tengah-tengah keberagaman yang ada, gereja-gereja di seluruh dunia harus bisa bersatu sebagai tubuh Kristus yang satu. Anggota tubuh yang satu harus bekerja bersama dengan anggota tubuh yang lain. Ketika anggota tubuh yang satu merasa sakit, maka anggota tubuh yang lain juga akan merasa sakit juga.  Gambaran seperti ini juga menunjukkan bagaimana gereja-gereja yang memiliki latar belakang yang beragam bisa menderita dan berbahagia bersama dengan sesamanya. Dengan demikianlah ada damai itu.

Untuk benar-benar bisa mencapai keadilan dan kedamaian di tengah-tengah dunia ini, gereja-gereja dipanggil untuk menjadi duta Allah. Akan tetapi sebelumnya, semua umat manusia di dunia ini termasuk warga gereja dipanggil untuk memperbaharui diri dan keluar dari keserakahan yang menyebabkan kemiskinan, ketidakadilan dan penderitaan bagi orang-orang yang lemah dan terpinggirkan, termasuk penderitaan bagi alam. Hak-hak perempuan dan anak-anak masih belum diperlakukan adil di berbagai Negara seperti pemerkosaan di India, penahbisan pelayan perempuan yang belum diizinkan di beberapa negara dan denominasi gereja, pembedaan kaum perempuan di Korea Selatan, KDRT, trafficking, korban HIV/AIDS, mempekerjakan anak-anak di bawah umur, dsb. Untuk itulah Allah memanggil semua gereja di dunia melalui Sidang Raya di Busan untuk menjalankan misi Allah di tengah-tengah dunia ini. Banyak tantangan yang sudah, sedang dan yang masih akan dihadapi gereja dalam menjalankan misi itu, akan tetapi Tuhan Yesus telah menjanjikan Roh Kudus untuk menyertai orang percaya dalam melakukan Missio Dei (misi Allah). Oleh karena itu, sesuai dengan tema Sidang Raya ini, mintalah Allah yang memimpin kita ke dalam keadilan dan kedamaian. Biarlah Allah yang memimpin kita untuk menjadi pembawa keadilan dan kedamaian di tengah-tengah dunia ini. Biarlah semua gereja berperan aktif dalam gerakan oikumene sehingga semua manusia dan seluruh ciptaan Allah lainnya dapat hidup dalam keadilan dan kedamaian di dalam satu oikos (satu rumah) yang sudah Allah sediakan.

“God of life, lead us to justice and peace”

Tuhan Memberkati DGD, Tuhan memberkati seluruh gereja di dunia.

 

Penulis: Pdt. Mery Simarmata, M.Th

Sek.Mitra HKBP dan Partisipan GETI

Sumber : http://hkbp.or.id/melangkah-bersama-menuju-keadilan-dan-kedamaian-catatan-reflektif-pasca-busan/

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply