LOKAKARYA PEMBARUAN, PENDAMAIAN, PEMBERDAYAAN (3P)
Samosir, (30/07/2013)
Balitbang HKBP menggelar Lokakarya 3 P yang diselenggarakan sejak tanggal 30 Juli – 1 Agustus 2013 di Sopo Toba Hotel – Samosir. Lokakarya yang diikuti 33 peserta ini bertujuan untuk mendiskusikan dan melakukan upaya penerjemahan ide Pembaharuan, Pendamaian, Pemberdayaan (3P) dalam tubuh HKBP. Balitbang HKBP, yang memiliki 15 anggota, memprakarsai lokakarya ini dan telah membentuk delapan kelompok kerja (Pokja) di masing-masing bidang kajian. Pokja-pokja ini yang akan membantu penerjemaahan ide 3P berdasarkan bidang kajian masing-masing di dalam kebudayaan batak, warga HKBP.
Usai pembukaan melalui Ibadah Pembukaan oleh Pdt. Jhon Kristo Naibaho, MTh, Ompui Ephorus Pdt. W.T.P. Simarmata, MA didaulat membuka secara resmi Lokakarya 3P, selanjutnya Panitia pelaksana memberikan waktu kepada Ompui sebagai Keynote Speech, yaitu sebagai penggali ide 3P melalui kacamata teologis.
Mengawali Keynote Speech-nya Ompui Ephorus mengatakan bahwa HKBP Menjadi berkat ini bukan dirumuskan oleh Lima Pimpinan HKBP yang sekarang, melainkan adalah hasil dari Sinode Agung untuk dijalankan bersama. HKBP menjadi berkat bersama-sama diambil menjadi visi ‘antara’ untuk mewujudkan Visi HKBP itu sendiri. Istilah HKBP menjadi berkat bukanlah hal yang baru karena sejak tahun 1861 HKBP telah menjadi berkat melalui beberapa perannya di masyarakat (sekolah, rumah sakit, dll) sehingga pada zaman yang penuh tantangan ini, yang perlu kita hadapi bersama, perlu merevitalisasi istilah ini dengan menerjemahkan Visi HKBP agar menjadi jawaban atas tantangan-tantangan tersebut. Oleh karenanya, kita membutuhkan strategi untuk mewujudkan Visi HKBP, yaitu melalui Visi ‘antara’ ini. Hal ini sesuai dengan apa yang ada di dalam pekerjaan Tuhan, yang membaharui, mendamaikan, dan memberdayakan.
Di dalam penjelasannya secara teologis, Ompui Ephorus menerangkan satu per satu makna terdalam mengenai 3P ini. Pembaharuan, harus diakui bahwa baiknya suatu pelayanan di dalam gereja wajib didukung penuh oleh kepiawaian para pelayannya. Artinya, bagaimana tatanan gereja menjadi lebih kondusif jikalau para pelayannya tidak memiliki kesatuan yang erat dan tidak adanya kedisiplinan dalam memanajemen administrasi gereja. Pendamaian, HKBP tidak lagi asing dengan istilah “pro sana dan pro sini, bukan pilihan kita tapi pilihan mereka” dan lain sebagainya. Ompui menegaskan bahwa untuk apa pengertian semacam itu karena hal demikian hanya akan menambah benih-benih perpecahan di dalam gereja, sebagai contoh ada yang mengatakan tidak sedikit bahwa di periode pimpinan Ephorus sekarang setiap ada pertemuan seperti ini selalu mantan Ephorus Pdt. Dr. SAE Nababan yang diundang. Hal demikian tidaklah benar karena pada Lokakarya ini telah hadir Ephorus Emeritus Pdt. Dr. J. Hutauruk (yang sekaligus menggeser paradigma miring tentang “keberpihakan” ini). Bahkan di sela-sela penegasannya mengenai kesimpangsiuran berita ini, Ompui menerangkan bahwa beliau juga menghubungi mantan-mantan pimpinan HKBP untuk hadir dan duduk bersama mendiskusikan hal ini karena menurut Ompui, HKBP bukanlah milik perseorangan, melainkan milik seluruh umat HKBP. Oleh karenanya, bahkan pimpinan periode mana pun tidak berhak mengatakan bahwa HKBP ini adalah miliknya, dan lain sebagainya. Itulah kunci dari perdamaian.
Namun, perdamaian tidaklah ditinjau hanya berdasarkan sisi internalnya, tetapi juga harus ditinjau dari sisi eksternal. Perdamaian juga harus menyentuh titik dialogis untuk dapat bersentuhan dengan umat yang lain (agama yang lain), budaya yang lain, dan yang lainnya. Selain melalui paradigma yang dialogis, perlu juga ditunjukkan melalui sikap-sikap yang mendukung. Kerendahan hati dan kepekaan sosial merupakan sikap yang menunjang kemajemukan di bangsa Indonesia sebab siapa yang tidak menghargai kemajemukan, maka suatu bangsa akan pecah.
Selain itu, harus ada pengupayaan pendamaian dengan alam, keselarasan dengan alam. Dalam hal ini, sedang bergerak bidang Pengembangan Masyarakat HKBP di Pandumaan. Oleh karenanya, pengusungan perdamaian ini bukanlah tugas perorangan, tetapi sudah seharusnya menjadi tugas bersama. Pemberdayaan, melalui bidang ini HKBP sudah sepatutnya memberi ruang kepada setiap kategorial yang ada di dalam gereja untuk berkembang secara maksimal. Tidak ada lagi di salah satu sub-kategorial yang tidak memiliki peran aktif di dalam kemajuan sebuah gereja dan bangsa. Sistem seperti ini yang harus dibaharui, didamaikan, dan sekaligus ada pemberdayaan di dalamnya.
Dalam keterangannya mengenai 3P ini, seluruh terjemahan dalam bentuk kegiatan dan lainnya tidak dapat dikerjakan oleh perorangan atau satu elemen saja, melainkan harus merangkul seluruh elemen untuk mengaplikasikannya dalam program-program yang akan dijalankannya. Oleh karenanya, unsur Pembiayaan merupakan bagian penting dalam 3P atau pun master program apa pun. Kerjasama yang kuat akan benar-benar dapat mewujudkan HKBP menjadi berkat bagi dunia, ungkap Ephorus mengakhiri.
Pada acara Lokakarya ini, beberapa nara sumber yang terlihat yakni : St. Anthony Simanjuntak, Prof. Frieda Simangunsong, prof. Dr. Djisman Simanjuntak, jansen Sinamo, Pdt. Dr. Victor Tinambunan, Dr. Ir. Jongker tampubolon, Pdt. Dr. Binsar Pakpahan, Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing, Pdt. Petrus Pardede, MTh dll.
Beberapa bidang kajian dalam Pokja adalah sbb. : Bidang Kajian Teologis, dengan koordinatornya Pdt. Dr. Binsar Pakpahan; Bidang Kajian tata ruang & arsitektur HKBP dengan koordinatornya Dr. Antoni Sihombing (bekerjasama dengan komisi liturgi dan komisi teologi HKBP); Kajian Sekolah Minggu dengan koordinatornya Prof. Frida Simangunsong; Kajian Database pelayan, anggota jemaat, dan aset HKBP dengan koordinatornya St. Todung Siagian & konsultannya Christopher Sirait; Kajian Pemberdayaan Ekonomi dengan koordinatornya St. Japarmen Manalu; Kajian Diakoni dengan koordinatornya St. Simson Tampubolon. (bin2)
Sumber : http://hkbp.or.id/lokakarya-pembaruan-pendamaian-pemberdayaan-3p/
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!